BERANDA

WWW.WINTIM2.COM

SELAMAT DATANG DAN SILAHKAN BERGABUNG

WWW.WINTIM2.COM

Jumat, 28 September 2018

Politik Uang : Dosa Atau Rezeki

Politik Uang : Dosa Atau Rezeki Pada satu kesempatan saya berkesempatan duduk semeja dengan uwak aman, seorang pengamat politik di sebuah kedai kopi, dimana kita tidak perlu membayar untuk mendengar pendapat beliau tentang politik, karena jelas beliau adalah seorang pengamat yang dibesarkan namanya dikedai kopi ini. Semua orang mengenal beliau dengan panggilan uwak aman sipengamat politik kedai kopi. Ujar beliau bepander panjang lebar dalam gaya dan bahasanya yang tidak asing lagi : Ada sebuah rahasia umum yang berbunyi, "Kadak ada uang, kadak ada bagi-bagi sembako, ngaleh rasanya memujuki masyarakat datang ke TPS dan memilih si caleg." Tetapi, ada pula yang berpendapat, "Ambil haja uangnya, kada usah pilih calegnya." Pertanyaannya adalah apakah menerima uang, menerima suap dan menerima sembako dari caleg itu dosa atau rezeki”, jah uang aman melanjutkan tausiahnya. Kalau kita memilih pemimpin karena uang, sembako yang diberikannya, jelas kita telah berdosa, karena jelas sekali ustadz abdul samad mengatakan Pemberi suap dan Penerima Suap tempatnya adalah neraka, kan ada hadistnya tu, jah uwak aman. Mereka sipemberi suap itu sudah jelas sekali memberi kita uang, memberi kita sembako, memberi kita kain baju dan sebagainya sudah jelas punya tujuan, meminta agar kita memilih mereka pada saat pemilihan nanti, hati-hati... aturannyakan sudah jelas, Pemberi suap dan penerima suap hukumannya sama beratnya. Nah apakah itu merupakan rezeki, simpulkan aja sendiri. Sudah kewajiban kita untuk memilih pemimpin ataupun caleg yang memiliki komitmen dan integritas untuk menjadi pemimpin yang baik, benar dan amanah. Tidak dengan politik uang dong.... Ayooo saatnya wahini kita jadi pemilih cerdas, jah uwak aman. Saatnya kita memberikan pendidikan Politik yang mencerdaskan anak cucu kita, generasi yang akan meneruskan perjuangan kita memajukan negeri kita Kabupaten Indragiri Hilir khususnya kampung kita tembilahan dan tembilahan hulu. Pilih pemimpin yang berani mengatakan Tidak Pada Politik Uang. # Saatnya jadi Pemilih Cerdas # Jangan Jual Suara Anda Untuk Lima Tahun Ke Depan # Tolak Politik Uang # NN Untuk Inhilku

Selasa, 14 Agustus 2018

SETAN POLITIK UANG

Ada setan berkeliaran disetiap pesta demokrasi di negara kita, baik pemilihan kepala daerah ataupun pemilihan legislatif dialah Setan politik uang. Setan Politik Uang mewujud melalui pertukaran suara pemilih dengan uang, barang, atau jasa yang ditawarkan para kandidat atau tim pendukung. Ada sebuah rahasia umum yang berbunyi, "Tanpa politik uang, tanpa bagi-bagi sembako, sulit rasanya mengajak masyarakat datang ke TPS dan memilih si kandidat." Tetapi, ada pula yang berkata, "Ambil uangnya, jangan pilih kandidatnya." Tentu saja sulit bagi masyarakat ekonomi ke bawah bisa menolak uang atau barang yang ditawarkan oleh kandidat atau tim suksesnya, artinya ada kecenderungan masyarakat untuk tidak dapat menolak politik uang karena kondisi ekonomi. Tim sukses pun berperan untuk menyalurkan uang/barang si kandidat. Ini terjadi karena kandidat tidak mampu bekerja sendiri mengingat luasnya daerah pemilihan (dapil) yang mesti dijangkau. Kandidat pun cenderung menggunakan tim agar tidak ditangkap basah saat sedang berpolitik uang. Pertanyaannya adalah Pemberi pertama atau Pemberi terakhirkah yang akan dipilih ??? Hmm... Anda selaku Pemilih tentu lebih tahu ? Yang jelas, jual-beli suara antara politikus, tim sukses, dan pemilih dilaksanakan tanpa kontrak tertulis. Apabila ada kontrak tertulis siap-siap saja... karena ini rentan dan akan digunakan sebagai bukti si kandidat melakukan tindak politik uang. Itulah yang terjadi pada demokrasi di negara kita, maukah anda masuk dalam perangkap Setan Politik Uang ??? # Saatnya jadi Pemilih Cerdas # Jangan Jual Suara Anda # Tolak Politik Uang # NN Untuk Inhilku

Senin, 03 November 2014

SEKILAS TENTANG PETER DRUCKER

Tatkala Peter F Drucker mulai menyelami kedalaman-kedalaman manajemen puluhan tahun lalu, mungkin belum terbayangkan kalau manajemen akan berhadapan dengan turbulensi -turbulensi yang sedahsyat sekarang. Tidak saja lingkungan yang mengalami turbulensi (sebagaimana menjadi perhatian para pemikir corporate planning dan strategic planning), tetapi manusia-manusia yang mengembangkan sekaligus mengamalkan manajemen juga mengalami turbulensi. Dalam skala global, entakkan serangan teroris yang diikuti oleh serangan balik Pemerintah AS dan kawan-kawan ke Afganistan dan Irak tidak saja menggambarkan turbulensi global, tetapi juga mencerminkan turbulensi manusia dalam mengelola dirinya. Dalam skala korporasi, terbongkarnya mega-skandal Enron, Worldcom, yang diikuti oleh runtuhnya sebuah firma akuntansi yang mendunia, tidak saja menunjukkan kelumpuhan manajemen (yang berdiri di atas fakta dan logika),melainkan juga mencerminkan ketidakmampuan manusia dalam mengelola keserakahannya. Lebih-lebih kalau deretan kasus ini ditambah dengan skandal-skandal birokrasi. Tidak terhitung jumlah uang yang menguap lewat kasus-kasus korupsi, tidak terhitung juga jumlah manusia yang bersinar di luar birokrasi, kemudian disedot habis oleh vacuum cleaner birokrasi ketika mencoba membenahinya. Ini juga sebuah masukan bagi dunia manajemen: birokrasi menjadi demikian rumit karena kerumitan-kerumitan dalam diri manusia. Totalitas kerumitan ini sedang menyisakan pekerjaan rumah pada dunia manajemen, bagaimana keasyikan berlebihan membaca pertanda-pertanda lingkungan luar mengakibatkan terlalu minimnya pemahaman manajemen akan dinamika internal manusia. Seperti seorang penunggang kuda, ia memahami kudanya, tetapi gelap sama sekali tentang siapa dirinya, di mana ia berada serta mau ke mana ia pergi. Dengan demikian, semua arah menjadi arah yang salah. Terhalangnya pertumbuhan manajemen modern oleh kegelapan-kegelapan kecenderungan seperti inilah yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang bermuara pada satu hal: the management of heart, the heart of management. Konsekuensinya, terjadi pergeseran besar dari manajemen sebagai teknik menuju manajemen sebagai spirit. Apabila dulu teknik menjadi satu-satunya cahaya penerang keberhasilan, sekarang ada cahaya penerang keberhasilan yang kedua: heart capital. Yang unik dari “modal” terakhir ini, manusia tidak menghabiskan seluruh waktunya untuk mempelajari segala teknik luar, tetapi memulai perjalanan ke dalam diri. Berbeda dengan manajemen sebagai teknik, di mana perbandingan dan persaingan dengan pihak-pihak luar adalah sumber energi keberhasilan. Dalam manajemen sebagai spirit, tugas manusia adalah merealisasikan hatinya dalam hidup sehari-hari. Kerja di jalan ini adalah peluang untuk merealisasikan cahaya-cahaya hati. Dan, tatkala kerja diterangi cahaya hati, tidak ada lagi kegelapan-kegelapan yang mengkhawatirkan. Sukses-gagal, naik-turun, kaya-miskin, apabila dijalani secara mengalir, digunakan sebagai peluang pertumbuhan, maka hidup jadi terang-benderang. Hampir semua kegelapan datang dari kemelekatan berlebihan; kalau sukses tidak boleh diganti gagal, naik tidak boleh diganti turun. Padahal, hukum kehidupan yang berumur tua bercerita kalau hidup serupa dengan membangun istana dari es. Lakukanlah seserius dan segembira mungkin. Dan, jangan pernah lupa, hanya persoalan waktu istana ini pasti meleleh. Hanya keikhlasan yang kemudian membebaskan. Apabila demikian cara manusia bekerja, di satu sisi kita tidak kehilangan semangat dan kegembiraan, di lain sisi tidak perlu dibikin gelap oleh kemelekatan-kemelekatan yang menakutkan. Bagi setiap pejalan kaki di jalan-jalan, hati mengetahui, kehidupan serupa dengan berjalan ke puncak gunung. Semakin lama dan semakin tua kehidupan menjadi semakin sejuk dan teduh. Tanda-tanda kesejukan dan keteduhan ini tampak dalam hidup yang penuh rasa syukur. Lebih dari itu, tatkala usia menua, menoleh ke semua yang telah dilakukan, semuanya terlihat serba membimbing. Dalam bahasa Rumi, semuanya berisi pesan-pesan Tuhan. Dalam bahasa Bhikku Buddhadasa, di sini sekarang ini manusia bisa menemukan Nibbana (batin yang sejuk teduh karena bebas dari kemarahan, kebencian, sakit hati dan sejenisnya).Kalaupun ada godaan, halangan dan guncangan (meminjam pendapat Anthony de Mello), ia bagian dari langkah-langkah pembebasan. Ini sebuah pendekatan dalam memandang manajemen sebagai spirit. Dan, tentu ada lagi sudut pandang yang lain. Dalam perspektif ini, patut dihargai hadirnya buku Paulus Bambang WS yang mau berkontribusi memperkaya wahana manajemen sebagai spirit. Sebagai praktisi yang sudah lama malang melintang di dunia bisnis, Paulus Bambang WS tentu tahu batas-batas logika manajemen yang pernah dibangun orang-orang seperti Peter Drucker, Henry Mintzberg serta Michael Porter. Kalau ia kemudian ikut masuk dalam arus besar manajemen sebagai spirit, mungkin karena merasakan melalui tangan pertama, ada yang perlu diseimbangkan dalam manajemen yang melulu berisi teknik. Perhatikan cara Paulus Bambang WS menguraikan idenya. Ia dimulai dengan setumpukan keyakinan, tidak saja kelicikan dan ketidakjujuran yang bisa membawa kekayaan materi. Kejujuran, kebaikan, keikhlasan pun bisa berujung pada kekayaan materi. Contohnya dalam buku ini ada banyak. Dari Miracle Production, Angkasa Tunggal Sukses, Garuda Food, sampai dengan Astra. Buku ini terurai rapi karena dipenuhi dengan heart in action in management. Akan berguna bagi mereka yang berniat melukis hati di dunia korporasi. Pagar-pagar kemajuan yang dicoba dibuat buku ini menjadi relevan dalam kekinian karena dunia korporasi tidak lagi sekadar pembuat barang dan jasa kemudian memasarkannya. Lebih dari itu, korporasi secara meyakinkan sedang menentukan masa depan (kecenderungan pengaruhnya bisa mengalahkan negara). Terutama karena ada pergeseran besar kalau pusat inovasi dan penciptaan masa depan bergeser dari universitas ke dunia korporasi. Perhatikan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi di dunia teknologi informasi yang mengubah nyaris semua gaya hidup. Tidak saja cara manusia bekerja dan berbelanja diubah, cara negara dan rakyat berinteraksi pun berubah. Dan, nama-nama yang ada di belakang ini siapa lagi kalau bukan korporasi seperti Microsoft dan perusahaan lain. Apabila ini acuannya, tidak terbayang wajah peradaban ke depan kalau energi kemajuan dunia korporasi semata-mata hanya didorong oleh keserakahan. Oleh karena itulah kehadiran karya yang mau menerangi korporasi dengan hati seperti buku ini diperlukan. Sekecil apa pun cahaya yang dihasilkan, ia berpotensi menyalakan lilin-lilin lain yang belum menyala. Sebagaimana karya manusia umumnya yang tunduk pada hukum ketidaksempurnaan, buku ini juga serupa. Aroma Kristianitas terasa sedikit dominan. Halaman depannya ditandai dengan “The 10 Commandments” (Sepuluh Perintah Allah). Cerita kasih menghiasi banyak halaman buku ini. Serangkaian hal yang tidak selalu negatif tentunya. Namun, bisa menjadi penghalang bagi pembaca yang masih mengubur dirinya dalam “penjara” agama. Tidak banyak orang yang berkarya di dunia spirit yang bisa sejernih Karen Amstrong dan Lex Hixon. Karen Amstrong yang kelahiran Inggris bisa bercerita sama jernihnya ketika ia menulis otobiografi Muhammad sekaligus Buddha. Lex Hixon (kelahiran AS) dalam Coming Home bisa bertutur sama indahnya, baik ketika bercerita tentang Heidegger, Ramakrishna, Ramana Maharshi, Zen, Advaita Vedanta, sampai dengan guru sufi Bawa Muhaiyadden. Dan, kekurangan ada bukan sebagai awal kehancuran, bukan juga sebagai bahan untuk dijelek-jelekkan. Kekurangan ada sebagai bahan-bahan pertumbuhan berikutnya. Bukankah kesempurnaan semakin mendekat tatkala ada sahabat yang dengan penuh ketulusan mau menunjukkan kekurangan-kekurangan kita? (Gede Prama, Bekerja di Jakarta, Tinggal di Desa Tajun, Bali Utara) Sumber: http://kompas.com

Selasa, 10 Juni 2014

"Alangkah Lucunya Negeri INI"


Fakta - Fakta Tentang Prabowo

Prabowo Masuk Daftar Hitam Negara Barat Prabowo Subianto adalah salah satu jenderal yang paling tidak disukai barat, bahkan saking bencinya negara barat tidak akan pernah bersedia mengeluarkan visa bagi prabowo subianto. Amerika melihat prabowo adalah sosok yang tidak mudah ditundukkan oleh kepentingan asing dan sangat idealis. Untuk itu beberapa kali asing selalu mencekal dan berusaha menggagalkan prabowo menjadi presiden. Akan tetapi beberapa waktu yang lalu, asing sudah mulai menunjukkan tanda – tanda melunak terhadap prabowo. Besarnya peluang prabowo menjadi RI 1 inilah yang membuat asing mulai berupaya menata kembali kebijakannya agar tidak kehilangan satu – satunya kawan asia (indonesia) yang menguntungkan. Memaksa mencekal prabowo sama halnya membunuh dirinya sendiri. Tentang maraknya isu Prabowo akan melakukan nasionalisasi aset asing itu hanya isu, yang dimaksud Prabowo dengan nasionalisasinya adalah melakukan peninjauan ulang terhadap kontrak karya beberapa perusahaan asing yang dianggap timpang dalam pembagian keuntungan. Sikap Prabowo yang sulit dipengaruhi ini yang terkadang dianggap asing adalah “ancaman”. Prabowo Berambisi Mewujudkan Pasal 33 UUD 1945 Seperti yang diketahui bila Prabowo dalam misinya sangat berambisi mewujudkan apa yang terkandung di pasal 33 UUD 1945. Karena dengan mewujudkan yang tertuang dalam pasal tersebut Indonesia akan menjelma menjadi macan asia. Isi pasal 33 tersebut adalah “(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara; (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dan (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip keadilan, kebersamaan efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Prabowo Diberhentikan Dengan Hormat dari militer Pecat adalah istilah kasar dari kata diberhentikan, sedangkan di militer sendiri pemberhentian seorang prajurit ada dua kategori, diberhentikan dengan hormat atau tidak hormat. Prajurit yang di berhentikan dengan tidak hormat tidak akan memiliki hak pensiun, hak memakai atribut militer dan hak ikut organisasi PEPABRI. Lain lagi bila di berhentikandengan hormat maka semua haknya tidak akan hilang. Skep tanda pemberhentian Prabowo sebagai prajurit TNI adalah Nomer : 62/ABRI/1998 yang ditanda tangani oleh Presiden RI BJ Habibie. Pemberhentian tersebut atas permintaan Prabowo sendiri seperti yang disampaikannya kepada Wiranto pada waktu itu. Prabowo diberhentikan dari militer bukan karena kasus penculikan dan kerusuhan 1998 melainkan karena adanya tuduhan kudeta terhadap Presiden B.J Habibie oleh Wiranto. Saat itu Wiranto sebagai Pangab memberi kabar akan ada pasukan liar menuju istana. Hal ini kemudian direspon Prabowo untuk segera menuju istana dan mengamankan Presiden B.J Habibie dari ancaman pasukan liar. Tapi ternyata justru Prabowo yang dituduh sebagai pasukan liar tersebut oleh Wiranto. Dalam ilmu intelijen ini disebut penyesatan informasi dan pengelabuan untuk memancing lawan keluar kemudian dijebak. Prabowo Bukan Pelaku Penculikan Aktifis 1998 dan Pelanggar HAM Berat Kalau dilihat dari sepak terjang Prabowo tahun 1998 saat terjadi kerusuhan dan penculikan aktifis sangat tidak masuk akal dan janggal. Saat itu ada operasi “Mantab Jaya” yang bertujuan untuk mengamankan “Setan Gundul” (aktifis) yang ditengarai menjadi provokator dan mengancam berlangsungnya SU MPR 1998. Dalam operasi tersebut yang terlibat adalah Polri, BIA yang sekarang bernama (BIN), Kodim Jakarta dan Angkatan lain termasuk Kopassus. Sebanyak 9 orang aktifis berhasil diamankan oleh Kopassus dan dikembalikan dalam keadaan hidup sedangkan 9 orang lagi dinyatakan tewas. Pertanyaannya siapa pasukan lain yang bekerja di luar Kopassus tersebut untuk mengamankan 9 aktifis lainnya ? Perlu di ingat saat Kopassus melakukan tindakan pengamanan terhadap aktifis 98 saat itu Prabowo sudah tidak menjabat sebagai Danjen Kopassus alias sudah menjadi Pangkostrad sehingga bisa dipastikan Prabowo sudah tidak terikat dengan hierarki Kopassus. Hanya ada satu orang yang bisa menggerakkan satuan lain meski berbeda matra, yaitu Panglima ABRI yang membawahi seluruh pasukan TNI sekaligus Polri. Dan siapakah Pangabnya saat itu? Wiranto disebut – sebut adalah salah satu orang yang seharusnya paling bertanggung jawab terkait kasus – kasus tersebut mengingat dirinya adalah seorang Pangab. Apalagi Operasi Mantab Jaya (Operasi mengamankan setan gundul/aktifis) adalah perintah langsung Presiden Soeharto pada waktu itu kepada dirinya selaku Pangab. Fakta lain yang perlu dicermati adalah soal kerusuhan 1998 dimana seorang Wiranto yang seharusnya bertanggung jawab dengan keamanan ibu kota malah ngotot dan tetap memaksa berangkat ke malang hanya untuk menjadi Inspektur Upacara (Irup) dalam upacara serah terima PPRC Kostrad. Padahal bila melihat situasi ibu kota yang sedang genting sudah seharusnya Wiranto tidak pergi meninggalkan ibu kota dan menunjuk orang lain menggantikan dirinya. Tentu sangat aneh, bila wiranto lebih memilih menjadi Irup dari pada keselamatan negara. Kuat dugaan Wiranto juga ada di balik kerusuhan 1998 bila didasarkan isu yang beredar. Mengenai Prabowo melakukan pelanggaran HAM berat hingga saat ini tidak terbukti, bahkan tahun 2009 Prabowo pernah dicalonkan sebagai Wapresnya Megawati yang tentunya telah berhasil melewati “screening test”. Apabila saat ini ada yang mengatakan Prabowo adalah pelanggar HAM berat itu tak lain adalah aksi “Black Campaign” untuk menjatuhkan Prabowo oleh pihak lawan dan senior Prabowo dengan isu musiman yang hanya terjadi tiap lima tahun sekali.

Selasa, 01 April 2014

Soeharto Presidenku : "Presiden Yang Selalu Tersenyum dan Melambaikan Tangan"

Apakah Soeharto benar-benar tidak bisa dimaafkan atas segala dosanya? Apakah kita bangsa yang tidak beragama sehingga untuk memberi maaf kepada orang yang telah berperan besar dan berjasa dalam membangun Bangsa ini? Dimana rasa kemanusiaan kita? Soeharto Keep My President.